MTP Ajak Alihkan Budaya Viral Jadi Teladan demi Lindungi Anak

Kamis, 31 Juli 2025 - 07:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SULUHNTB.COM –  Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (MTP) dalam rangka Hari Anak Nasional (HAN) 2025 dan Milad MTP ke-25 menggelar diskusi publik bertema “Restorasi Akhlaq di Dunia Maya: Bicara Bijak, Anak Terlindungi” di aula Masjid Raya Palapa Baitus salam, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Kegiatan ini hadir sebagai ruang jeda untuk menyalakan kembali kesadaran publik, di tengah arus deras informasi yang membanjiri lini masa.

Selain Perhimpunan MTP, kegiatan ini juga didukung oleh DPP Perempuan ICMI dan Masjid Raya Palapa Baitussalam, dan dihadiri sekitar 100 orang peserta yang terdiri ibu-ibu dari pegiat majelis taklim, guru/pendidik, aktivis sosial, dan masyarakat umum.

Adapun narasumber dalam kegiatan ini adalah Welya Safitri ketua umum DPP PErempuan ICMI, Kawiyan Komisioner KPAI, dan Azimah Subagijo Ketua Umum Perhimpunan MTP.

Sementara itu, Fifi Luthfia bertugas sebagai moderator dan Aulya Sari sebagai MC, keduanya adalah pengurus di DPP Perempuan ICMI memandu jalannya acara dengan lancar.

Ketika Dunia Maya Tak Lagi Aman untuk Anak

Media sosial telah menjelma menjadi ruang publik utama. Namun alih-alih mendidik, kontennya justru banyak yang melukai.

Anak-anak menjadi penonton—bahkan korban—dari tayangan yang seharusnya tak mereka konsumsi. Konflik pribadi, aib keluarga, hingga pengakuan vulgar kini jadi sajian sehari-hari.

Contohnya nyata. Perseteruan Ahmad Dhani dan Maia Estianty kembali menguak luka lama keluarga mereka di depan publik.

Di waktu hampir bersamaan, kasus RK dan LM menyeret isu hubungan yang membuahkan anak dan berujung di meja pengadilan.

Baca Juga :  Wagub NTB: Pastikan Obat Bahan Alam Punya Izin Edar BBPOM Sebelum Dikonsumsi!

Tak kalah viral, pengakuan EC tentang kehamilan di luar nikah dalam podcast Deddy Corbuzier seolah menormalisasi hal yang dulu dianggap tabu.

Disusul oleh DJ Panda yang menyaingi pengakuan itu di kanal Denny Sumargo, menjadikan perbincangan etika digital kian mendesak.

Dan belum reda semua itu, publik dikejutkan oleh kemarahan Ruben Onsu atas unggahan akun TikTok @vina.run yang menyebarkan foto dan caption menyesatkan tentang putrinya, Thalia Putri Onsu.

Restorasi Akhlaq Dimulai dari Perempuan

Dalam forum ini, Welya Safitri, Ketua Umum Perempuan ICMI, menyampaikan bahwa perempuan memiliki peran strategis dalam membentuk ruang digital yang sehat.

“Perempuan adalah tiang negara,” ujarnya, mengutip hadits Nabi yang hanya menyebut dua tiang: sholat sebagai tiang agama dan perempuan sebagai tiang negara. “Jika tiangnya roboh, maka runtuhlah segalanya.”

Ia mengajak perempuan menjadi pendidik pertama dalam keluarga, penebar adab di komunitas, dan agen restorasi etika digital melalui keteladanan dan literasi. “Dari jemari ibu, terbit adab. Dari suara perempuan, lahir kebijaksanaan.”, ujar Welya.

Jejak Digital Bukan Sekadar Klik

Sementara itu, Kawiyan, Komisioner KPAI, memaparkan bahwa setiap aktivitas di dunia maya meninggalkan jejak digital.

Bahkan hanya dengan scroll, sistem algoritma sudah mengenali minat anak. “Jejak digital itu abadi. Bisa memengaruhi harga diri, psikologis, bahkan masa depan sosial anak,” tegasnya.

Ia mengajak orang tua untuk menerapkan prinsip T.H.I.N.K. (True, Helpful, Inspiring, Necessary, Kind) sebagai standar berbicara di ruang maya.

Baca Juga :  Mandala Shoji dan Azimah Subagijo Bahas Pentingnya Mental Tangguh dalam Keluarga di Seminar Parenting Ramadhan

Anak Butuh Teladan, Bukan Sekadar Nasihat

Hal senada juga disampaikan oleh Azimah Subagijo. Ketua Umum MTP ini mengingatkan bahwa anak belajar dari apa yang mereka lihat, bukan hanya dari apa yang kita ucapkan.

“Anak-anak adalah peniru ulung. Jika yang viral adalah kekerasan, hujatan, dan aib, maka itulah yang mereka tiru. Saatnya kita mengubah budaya viral menjadi budaya teladan,” tegasnya,

merujuk pada riset mirror neuron dan eksperimen Bobo Doll dari Bandura.
Ia menyampaikan dengan penuh empati, “Gadget bisa ditunda, tapi akhlak anak tak bisa diulang.”

Karena itulah, restorasi akhlaq digital harus dimulai dari diri sendiri, dari rumah, dari cara kita mengetik dan membagikan konten setiap hari.

Dalam paparannya, Azimah juga mengutip pesan moral yang menggugah: “Masyarakat yang tidak melindungi anak dari konten negatif media, sama saja membiarkan akhlak dan masa depan mereka dijual murah di pasar kebebasan.”

Komitmen Bersama: Bicara Bijak, Anak Terlindungi

Sebagai puncak acara, para peserta menyatakan komitmen bersama restorasi akhlaq di dunia maya.

Dalam ikrar tersebut mereka berjanji untuk: “Menjaga etika berucap dan berbagi di media sosial, menjadi teladan dalam ekspresi digital yang ramah anak, serta mendorong ruang maya yang lebih sehat, empatik, dan edukatif demi masa depan generasi bangsa.”

Sebagai wujud nyata, para peserta menandatangani spanduk komitmen yang disediakan panitia. Sebuah langkah simbolik yang mengukuhkan bahwa perubahan dimulai dari kesadaran kolektif. ***

 

 

 

 

Penulis : SN-01

Editor : SuluhNTB Editor

Berita Terkait

Wagub NTB: Pastikan Obat Bahan Alam Punya Izin Edar BBPOM Sebelum Dikonsumsi!
Mandala Shoji dan Azimah Subagijo Bahas Pentingnya Mental Tangguh dalam Keluarga di Seminar Parenting Ramadhan

Berita Terkait

Rabu, 10 September 2025 - 08:32 WIB

Wagub NTB: Pastikan Obat Bahan Alam Punya Izin Edar BBPOM Sebelum Dikonsumsi!

Kamis, 31 Juli 2025 - 07:27 WIB

MTP Ajak Alihkan Budaya Viral Jadi Teladan demi Lindungi Anak

Kamis, 13 Maret 2025 - 15:08 WIB

Mandala Shoji dan Azimah Subagijo Bahas Pentingnya Mental Tangguh dalam Keluarga di Seminar Parenting Ramadhan

Berita Terbaru