Home / NTB

“Jangan Jual Kecap!” Prof Asikin Ledek Polemik Fornas VIII: Dari Lomba Seksi hingga Ide Festival Sunatan Massal

Kamis, 31 Juli 2025 - 08:03 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

 

SULUHNTB.COM – Pernyataan keras disampaikan Guru Besar Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Politik Universitas Mataram, Prof. Dr. H. Zainal Asikin, SH., SU.

Menyikapi polemik yang menyelimuti ajang Festival Olahraga Masyarakat Nasional (Fornas) VIII NTB 2025.

Ia melontarkan kritik tajam penuh satire lewat akun Facebook pribadinya, Zakin Asik, yang viral di kalangan warganet.

Pernyataan itu menyinggung kontroversi salah satu mata lomba yang dinilai mempertontonkan aurat perempuan dan menuai gelombang protes masyarakat. Dari ulama, akademisi, hingga tukang ojek turut bersuara menolak.

Berikut isi pernyataan lengkap Prof. Zainal Asikin:

“Sudahi Polemik Fornas Yang Seksi… Ambil Hikmahnya”

“Beberapa hari terakhir ini… publik heboh gara-gara ada mata lomba yg mengumbar aurat kaum hawa. SEMUA PROTES …. DARI ULAMA, akademisi dan tukang ojek………

Hikmah yg dapat dipetik dari kejadian itu adalah diperlukan kehati-hatian oleh Panitia atau pihak-pihak yg terkait dalam menerima setiap event yg akan dilombakan dipentaskan di NTB atau di Pulau Lombok.

Pelajari dulu KONTEN-nya… bukan soal berapa biayanya….. karena tidak ada artinya sebuah FESTIVAL yang membawa uang… jika muatannya merusak nilai-nilai keberadaban dan nilai moral yg ada di tengah masyarakat.

Tidak lucu jika Panitia bilang… seandainya ada festival seperti itu maka kami akan larang. Itu jawaban DUNGU… Tapi sudahlah… Nasi sdh jadi bubur… tinggal buburnya dikasi kecap (tapi jangan terlalu banyak jual kecap).

Dalam dunia wisata, konten juga harus dipertimbangkan secara cermat… dari seluruh mazhab… itulah dilakukan oleh negara Arab seperti Uni Emirat Arab.

Di sana ada festival alias lomba balapan Anjing Telanjang (karena hanya anjing yg dilombakan telanjang) dengan hadiah 600 juta rupiah.

Jika lomba balapan anjing dilakukan di Fornas, mungkin tidak ada yg protes… karena agak aneh kalau anjing pakai kancut dan BH. Lagi pula soal anjing berbeda pandangan dari para mazhab….

Jadi konten itu penting dalam dunia wisata supaya tidak kontra produktif.

Ketika saya menghadiri FGD di BRIDA Kota Mataram tentang Road Map Pariwisata Mataram… ada festival kota tua Ampenan.

Kemudian saya bertanya… apanya yg menarik kota Ampenan? Rumahnya sdh tua-tua… dan terkesan kumuh. Harusnya rumah tua ini direnovasi seperti merenovasi Candi Borobudur sehingga tidak terkesan kumuh.

Dengan merenovasi dengan tetap mempertahankan arsiteknya, maka kesan kumuh-nya hilang.

Maka kalau sdh direnovasi, maka tentunya akan menarik untuk melihat kota yg rumahnya tua-tua.

Sekarang Kota Tua tidak menarik dikunjungi… karena di pantainya juga tidak menarik konten yang ditawarkan.

Maka saya menawarkan ide waktu rapat itu agar di Kota Tua itu ada Festival Sunatan Massal Cine Besunat… pasti rame pengunjungnya.

Lelah peserta rapat tertawa… yg sebelumnya ngantuk karena tidak keluar kopi sampai jam 12 siang.

Sekali lagi… itu misal…”

 

Baca Juga :  Pemerintah Provinsi NTB Makin Semangat Bekerja. Ternyata ini Pemicunya!

Pernyataan ini langsung menyulut tanggapan luas di media sosial dan kalangan publik.

Baca Juga :  Kadis Kominfotik Beberkan Langkah Cepat Pemprov NTB Atasi Kelangkaan Gas LPG 3 Kg!

Banyak yang menilai pernyataan Prof. Zainal sebagai bentuk kritik cerdas, tajam, tapi menghibur. Ia dianggap mampu menyampaikan keresahan masyarakat dengan gaya jenaka namun penuh makna.

Warganet Ikut Panas: Di Mana Kurasi Inorga?

Reaksi keras dari Prof. Zainal sejalan dengan komentar yang ramai di media sosial sejak hari-hari awal Fornas VIII digelar.

Warga maya mempertanyakan peran kurasi dari Induk Organisasi Olahraga (Inorga) dalam mengajukan dan menyaring jenis perlombaan.

Banyak yang menyebut bahwa beberapa mata lomba justru menyerempet ranah kesusilaan dan dianggap tidak relevan dengan semangat olahraga rekreasi berbasis kearifan lokal.

Akun @RakyatNTB menulis, “Lomba-lomba kayak gini bikin Fornas kehilangan esensi. KORMI pusat dan daerah harus evaluasi ketat. Jangan asal kirim cabang demi eksistensi.”

Sementara akun @LombokBeradab mengingatkan, “Jangan sampai Fornas jadi tempat promosi budaya luar yang menabrak nilai kita. Ingat, ini NTB, bukan pantai bebas.”

Namun tidak sedikit pula yang membela panitia dan menyarankan masyarakat untuk membuka ruang toleransi. “Kadang masalahnya bukan pada lombanya, tapi cara penyajiannya yang kurang bijak. Tapi tetap, filter panitia harusnya lebih tajam,” tulis akun @WargaEvent.***

 

 

 

Penulis : SN-01

Editor : SuluhNTB Editor

Berita Terkait

Kadis Kominfotik Beberkan Langkah Cepat Pemprov NTB Atasi Kelangkaan Gas LPG 3 Kg!
Kadis Kominfotik: Gubernur NTB Tekankan Integritas dalam Pelantikan Pejabat Eselon II dan Administrator
Gubernur NTB Apresiasi BASANTB WIKI, Dorong Pemuda Jadi Motor Perubahan Sosial
Pemprov NTB Resmi Luncurkan Buku Metadata 2025, Wujudkan Satu Data untuk Pembangunan Inklusif
Kemenko Polkam Ajak Warga NTB Tangkal Informasi Hoaks
Mandalika KORPRI Fun Night Run, Event Lari Malam Bertaraf Nasional Siap Diluncurkan
HMI Mataram Tuntut Transparansi Proyek Kantor Wali Kota Rp250 Miliar: Rincian Anggaran Tidak Pernah Dibuka ke Publik
Maulid Nabi di Masbagik, Gubernur Miq Iqbal Ajak Warga NTB Jaga Stabilitas Daerah

Berita Terkait

Jumat, 19 September 2025 - 20:02 WIB

Kadis Kominfotik Beberkan Langkah Cepat Pemprov NTB Atasi Kelangkaan Gas LPG 3 Kg!

Rabu, 17 September 2025 - 15:07 WIB

Kadis Kominfotik: Gubernur NTB Tekankan Integritas dalam Pelantikan Pejabat Eselon II dan Administrator

Sabtu, 13 September 2025 - 20:13 WIB

Gubernur NTB Apresiasi BASANTB WIKI, Dorong Pemuda Jadi Motor Perubahan Sosial

Jumat, 12 September 2025 - 19:49 WIB

Pemprov NTB Resmi Luncurkan Buku Metadata 2025, Wujudkan Satu Data untuk Pembangunan Inklusif

Kamis, 11 September 2025 - 20:36 WIB

Kemenko Polkam Ajak Warga NTB Tangkal Informasi Hoaks

Berita Terbaru