SULUHNTB.COM- Jember Festival Carnaval (JFC) yang baru saja digelar kembali menjadi sorotan dunia. Festival yang telah berlangsung sejak 2003 itu kini memasuki penyelenggaraan ke-23, memadukan seni fashion dengan tiga unsur lain tari, musik, dan seni pertunjukan hingga menjadikannya sebagai salah satu festival terbesar di dunia, menempati peringkat keempat internasional.
Setiap tahun, JFC mengusung tema yang beragam, menggabungkan unsur lokal, nasional, hingga internasional. Pernah mengangkat tema Gypsy, Punk, Cowboy, hingga kolaborasi Indonesia–Jepang, JFC menegaskan bahwa fashion tidak boleh terjebak pada format monoton.
Menurut Pemerhati Kebudayaan dan Film Maker, Muhammad Nursandi, keberhasilan JFC menunjukkan bahwa kebudayaan tidak lagi bisa dipandang sebagai entitas tunggal, melainkan hasil kolaborasi lintas budaya.
Baca Juga: Ribuan Pendaki Padati Gunung Rinjani di Hari Pertama Pembukaan Kembali
“Masyarakat Jember sendiri sejak awal sadar bahwa sulit menemukan kebudayaan asli daerah mereka. Jember adalah rumah bagi budaya para pendatang dari berbagai penjuru, sehingga wajar jika JFC berkembang menjadi pertunjukan global,” ujar Nursandi.
Ia menilai, di tengah arus globalisasi yang dipercepat jaringan internet, fanatisme kebudayaan lokal perlu dievaluasi. Untuk mendapat perhatian dunia, kebudayaan lokal perlu dibuka pada kolaborasi, tanpa meninggalkan keaslian dan kelestariannya.
“Jargon kolaborasi, bukan kompetisi, sangat relevan. Budaya kita akan lebih kuat bila berdampingan dan berinteraksi dengan budaya lain,” tambahnya.
Nursandi juga menyoroti pentingnya pendekatan baru dalam melihat budaya, dari konsep pusat–cabang menjadi saling ketergantungan (interdependensi).
“Model JFC berhasil memikat dunia karena tidak memaksakan satu budaya tunggal untuk dirayakan, melainkan menghadirkan semua budaya dalam satu panggung,” jelasnya.
Ia pun berharap Nusa Tenggara Barat (NTB) dapat mengikuti jejak JFC. Dengan adanya festival fashion di Pringgesela Lombok Timur, langkah awal telah dimulai. Tinggal memperkaya acara tersebut dengan ragam fashion NTB dan memadukannya dengan seni musik, tari, dan pertunjukan lain.
“Kalau itu dilakukan, mimpi NTB Makmur Mendunia seperti yang sering disampaikan Gubernur NTB Miq Iqbal menjadi kenyataan ” pungkasnya***